BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS ?

Sabtu, 12 Desember 2009

Asuransi melindungi Jiwa atau Nilai Ekonomi nasabah (?)

Saya pernah menyimak pendapat beberapa orang tentang hidup. Ada yang bilang : “Hidup itu urusan Tuhan. Mengasuransikan jiwa kita berarti mendahului kehendak Tuhan.”

Begitu kira-kira. Dan faktanya, memang cukup banyak orang yang alergi mendengar kata ‘asuransi jiwa’. Lucunya, mereka yang alergi dengan asuransi jiwa ini sama sekali tidak sungkan untuk mengasuransikan mobil, motor atau rumah yang mereka miliki.

Makanya, tidak mengejutkan jika mayoritas pemilik kendaraan bermotor melindungi nilai ekonomi kendaraannya dengan asuransi, sementara hanya sekitar 3% saja orang Indonesia yang secara sadar melindungi nilai ekonomi dirinya dengan asuransi jiwa.

Sebenarnya asuransi jiwa bukan untuk melindungi jiwa kita. Melainkan melindungi nilai ekonomi diri kita. Misalnya, jika saat ini kita mampu menyediakan 5 juta rupiah setiap bulan untuk keluarga kita hidup dengan layak, maka asuransi jiwa membantu kita untuk menjamin agar kehidupan ekonomi keluarga kita dengan 5 juta rupiah pengeluaran itu bisa terus terjaga, ‘meskipun’ terjadi sesuatu yang menyebabkan kita tidak mampu lagi menghasilkan uang sejumlah itu. Kita tidak berharap ’sesuatu’ itu terjadi.

Namun siapa yang bisa memastikan masa depan?

Oleh karena itu, coba renungkan: Jika nilai ekonomi mobil atau rumah kita saja dilindungi, mengapa kita tidak melindungi nilai ekonomi diri kita? Apakah mobil atau rumah lebih berharga dari diri kita sendiri?

Jika kita karyawan, coba di cek apakah perusahaan tempat kita bekerja sudah menyediakan asuransi jiwa bagi kita. Perusahaan-perusaha an yang baik biasanya menyediakan asuransi jiwa bagi karyawan-karyawannya. Namun ada 2 hal yang perlu kita lakukan:

Pertama, tanyakan kepada HRD, apakah asuransi yang disediakan itu hanya berlaku selama kita bekerja di perusahaan itu, atau bisa dilanjutkan sendiri seandainya kita berhenti bekerja.

Pada umumnya jika karyawan resign atau pensiun, maka asuransi jiwanya secara otomatis akan terputus. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk membeli asuransi jiwa sendiri. Kecuali jika kita berencana untuk bekerja terus sebagai profesional.

Tetapi, perlu dipertimbangkan juga, jika kita pensiun, apakah perlindungan itu bisa dibawa pergi sebagai paket pensiun atau tidak.

Kedua, jika perusahan telah menyediakan asuransi jiwa yang bisa kita kelola sendiri (bisa dibawa pergi dan dilanjutkan sendiri) maka mungkin sudah waktunya untuk melakukan perencanaan keuangan atau biaya sekolah anak-anak di masa depan.

Memang ada orang yang lebih suka menabung setiap bulan di bank, dan tidak diambil-ambil. Tidak masalah jika kita bisa berdisiplin demikian. Tetapi, jika tidak, mungkin asuransi pendidikan bisa menjadi jalan keluarnya.

Selain dari itu, asuransi pendidikan mempunyai kelebihan dari sisi perlindungan, yang tidak dimiliki oleh tabungan pendidikan.

Prinsipnya: jika terjadi ’sesuatu’ pada diri kita, maka anak-anak kita tetap mendapatkan jaminan pembiayaan pendidikan sesuai dengan yang kita rencanakan.

Sekalipun kita tidak berminat untuk membeli polis asuransi, kita tidak perlu sungkan untuk berkonsultasi dengan agen asuransi. Tidak ada ruginya jika kita memahami mekanisme perencanaan keuangan model ini.

Paling tidak, kita bisa membandingkannya dengan strategi perencanaan keuangan yang saat ini kita jalankan. Meskipun kita tidak membeli polis asuransi dari mereka, mereka biasanya dengan senang hati membantu kita untuk mendesain rencana keuangan jangka panjang kita. Artinya, kita bisa mendapatkan konsultasi gratis tentang perencanaan keuangan kita. Lumayan kan?

Saat ini asuransi sudah banyak yang dikombinasikan dengan investasi. Jadi, anda akan mendapatkan benefit perlindungan, sekaligus melihat porsi uang yang anda bayarkan sebagai tabungan atau investasi yang terus bertumbuh dan berkembang.